Andi bersama Yek Rafiq Al Hasani |
Bahasa mencerminkan pribadi seseorang. Jika kita slalu
menggunakan bahasa yang baik dan penuh kesantunan orang akan mencitrakan kita
sebagai pribadi yang baik dan berbudi. Karena melalui tutur kata seseorang
mampu menilai pribadi dari orang tersebut. Sementara itu jika dalam
kesehariannya kita tidak memenuhi etika berbahasa santun. Orang lain akan
mencitrakan kita sebagai pribadi yang buruk. Demikian pula dengan pentingnya
bahasa bagi suatu bangsa. Melalui bahasa suatu bangsa akan dikenal oleh
masyarakat dunia. Apakah bangsa tersebut termasuk bangsa yang ramah, sopan, dan
santun. Atau bangsa yang cinta akankebencian, permusuhan,
dan perseteruan.
Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting. Karena
jika tidak digunakan sesuai dengan fungsinya, bahasa dapat menjadi alat
kekerasan verbal yang terwujud dalam tutur kata seperti memaki, memfitnah,
menghasut, menghina, dan lain sebagainya. Selain itu dampak dari kekerasan
verbal tersebut akan berlanjut pada kekerasan fisik seperti permusuhan,
perkelahian, aksi anarkisme, provokasi dan sebagainya. Di Indonesia hal
tersebut sering terjadi. Bahkan perilaku tersebut sudah menjadi rahasia umum.
Seseorang dengan mudahnya mengeluarkan kata-kata yang tak pantas. Tak aneh bila
pembicaraan yang mengabaikan sopan santun menjadi pemicu terjadinya kekerasan.
Untuk itu pemerintah telah berupaya mengatasi permasalahan
tersebut. Salah satunya adalah dengan adanya pembelajaran bahasa santun melalui
lembaga pendidikan. Contohnya pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa daerah di tiap
tingkatan sekolah. Bahasa Indonesia digolongkan sebagai mata pelajaran wajib
selain mata pelajaran eksak seperti Matematika dan IPA. Pelajaran bahasa
Indonesia juga menjadi tolak ukur kelulusan seseorang dalam ujian nasional.
Selain itu, pelajaran agama tak kalah pentingnya untuk
mengambil andil upaya pembelajaran bahasa santun. Namun jika ditinjau kembali
usaha-usaha ini belum memberikan hasil yang memuaskan. Dalam kehidupan
sehari-hari masih banyak ditemukan perilaku yang bertentangan dengan etika berbahasa
santun. Perilaku tersebut dilakukan oleh semua lapisan golongan mulai dari
golongan bawah, menengah, sampai golongan elite yang nota benenya berpendidikan
tinggi.
Setiap agama termasuk agama Islam mengajarkan umatnya untuk
berbahasa santun, seperti tidak berbohong, mencela dan menfitnah. Bahkan
balasan bagi mereka yang tidak mengindahkannya pun tertuang dalam masing-masing
ajaran agama. Sebagai contoh dalam hadist riwayat Nabi Muhammad saw disebutkan
agar kita menjaga tangan dan lisan. Hal ini sesuai dengan pepatah lama yang
menyebutkan bahwa lidah/lisan lebih tajam dari sebilah pedang. Perkataan/lisan
harus dijaga, karena jika salah berbicara maka rasa sakit yang disebabkan akan
berbekas dalam waktu lama.
Ironisnya di era reformasi semakin banyak saja terjadi
pelanggaran terhadap penggunaan bahasa yang santun. Dalam aksi demonstrasi tak
jarang terlontar kata-kata yang kasar dan tak santun. Memang masyarakat
mempunyai hak untuk mengungkapkan aspirasinya namun alangkah baiknya jika
dilakukan dengan damai tanpa menimbulkan kericuhan atau bentrok dengan aparat.
Begitu pula dengan para pemimpin. Sebagai tauladan yang memiliki pengaruh besar
bagi bangsa ini hendaknya menjunjung etika berbahasa yang santun.
Begitupun yang selalu kami upayakan
untuk mencetak dan memberikan contoh yang baik tentang bertutur kata dan
berbahaswa dengan baik dan sopan di Ma’had Arrosyid Sambongrejo.
Tidak hanya 1, 2 bahasa yang kita
upuyakan dikuasai. Namun empat Bahasa yang menjadi target kami para dewan
asaatidz, yaitu Bahasa Indonesia, Jawa, Arab dan Inggris.
Pentingnya berbahasa santun sangatlah jelas. Bahasa santun
digunakan sebagai pencitraan pribadi, jati diri bangsa, dan alat pemersatu.
Pendek kata marilah kita berupaya untuk berbahasa yang santun dan beradab karena ini adalah
Ma’had Arrosyid Sambongrejo.
Posting Komentar